![]() |
Sumber Gambar |
Walah, apa-apaan judulnya. Wkwk. Kok saya jadi blamming mertua. Haha, Nggak dong, saya sayang banget sama mertua saya.
Bagi pasangan yang sudah menikah, perkara mertua memang adaaa aja ya. Apalagi yang tinggal berdekatan atau satu rumah dengan mertuanya.
Kalau menurut saya, wajar saja kita ada rasa nggak sreg sama mertua. Lhawong dengan orang tua sendiri kadang ada grundel-nya ya, apalagi dengan mertua.
FYI, saya saat ini masih tinggal dengan mertua saya, ibu mertua saya usianya sekitar 65 tahun dan bapak mertua saya berusia sekitar 70 tahun. Tapi alhamdulillah beliau berdua masih sehat wal afiat sehingga bisa mengasuh anak saya (mantu kurang ajar, eits, cerita lengkapnya klik postingan ini ya).
Kalau kata suami saya, hidup berdampingan dengan orang tua atau mertua dalam satu rumah itu ibarat "Jauh bau wangi, dekat bau tai". Pasti adalah hal-hal yang bikin kita merasa tidak nyaman. Ada yang terang-terangan bilang sama mertuanya, ada yang dipendam sampe sesek di hati juga ada.
Sebagai dua orang yang berbeda - halah- beda lingkungan dibesarkan, beda zaman, beda usia yang jauh banget, beda pemikiran, dan beda pengalaman hidup. Pasti adaaaa aja hal-hal yang bikin kita nggak sepemikiran sama mertua. Ngaku. Sesering apa kita merasa "aku udah bersabar menghadapi ini semua, menghadapi sikap mertuaku yang seperti itu, padahal aku udah baik banget blablabla"
Pasti kalian pernah merasa juga, "Mertua terlalu ikut campur urusan rumah tangga aku dan suami, mertua selalu minta ini itu ke suami, masih selalu ngingetin ini itu padahal udah ada aku istrinya, aku merasa nggak dihargai."
![]() |
Sumber Gambar |
Yakin?? Lah, itu kan menurut kamu, coba kalau di balik, apa mertua nggak juga merasa kaya gitu ke kita, merasa udah bersabar ngadepin kita. Jangan-jangan mertua sampai ada penyesalan kok bisa anaknya punya istri kaya kita wkwk.
Coba dibalik deh, kita sebagai orang yang punya anak cowok (pasti lebih relate lah ya). Yakin saat masih tinggal serumah sama anak dan menantu kita bakal diem aja kalau lihat anak kita diperlakukan nggak "sebaik" kita saat memperlakukan anak kita?
Contoh simpelnya aja, apa nnti kita bakal diem aja kalau cuacanya lagi dingin banget terus anak kita belum pulang kerja tapi istrinya nggak siap masakin air anget buat mandi?
Apa kita bakal diem aja kalau sampai jam makan siang tapi istrinya belum masak dan belum ada makanan yang tersedia di atas meja? Pasti nggak kan? sebesar apapun dia akan tetap jadi anak kita.
Kayanya nggak mungkin kita nggak gatel kita nyeletuk ke istrinya "suamimu itu suka dimasakin ikan goreng sambel lho nduk" pas dia masak ikan kuah santen yang kita tau anak kita nggak suka.
Poin saya di sini, bisa jadi sebenarnya bukan mertua yang terlalu ikut campur atau masih ngurusin banget suami meskipun udah menikah, tapi kita yang sering berpikiran buruk tentang mertua.
Yang menurut kita mengganggu, ikut campur, mungkin menurut mereka wajar karena mereka lebih tau anak mereka selama ini sukanya apa, butuhnya apa.
Celetukan-celetukan yang niatnya mengingatkan justru malah jadi nambah beban karena kita tidak bisa mengolah perasaan.
Memang tidak mudah dipahami dengan "ya namanya juga orang tua, wajar kalau seperti itu". Tapi kita bisa "Kalau kasusnya seperti ini nanti ke anak lanangku, aku juga kaya gini nggak ya?" gitu. Mencoba memposisikan diri jadi mereka saat istrinya memperlakukan anak kita dengan perlakuan yang sama.
Yang sekarang masih berada di fase ini, fase masih tinggal dengan mertua atau orang tua, panjangkan sabar. Ini justru jadi kesempatan buat kita memanen pahala.
Selama orang tua atau mertua masih hidup, itu kewajiban kita berbuat baik pada mereka. Kita nggak akan rugi baik sama mertua, suami sayang, insyaa Allah Allah pun sayang wkwk.
Tapiii, balik lagi masalah rumah tangga orang kan beda-beda ya, masalah tentang mertua juga beda. Ini kasus untuk yang mertuanya dianggep bawel dan nggak menghargai kita ya, kalau masalah mertua minta uang atau manas-manasin suami kita buat jahat sama kita, ya saya nggak bisa kasih insight karena alhamdulillahnya saya nggak merasain hal itu dan masih belum masuk aja di pikiran saya kalau nanti saya minta uang ke anak saya saat anak saya sudah berkeluarga.
Ya bagaimanapun juga, mertua itu kan orang tua suami, kalau memang ada yang mengganjal di hati tentang mertua, ceritakan saja ke suami tanpa kesan manas-manasi atau menjelek-jelekkan. Kan kita pasti juga nggak suka kalau suami manas-manasin kita tentang orang tua kita kan.
Kalau memang perlu diingatkan, biar suami saja yang mengingatkan, karena suami pasti lebih tau gimana caranya komunikasi dengan ibu atau bapaknya. Tapi kalau suaminya nggak ada action? yaa gimana dong, kitanya deh yang harus sabar banyak-banyak.
"Benar ataupun salah yang kau ucapkan, jika itu menyakiti hati orang tuamu, kau tetap bersalah".
Saya lupa sih baca ini dimana, tapi kalimat ini yang bikin saya hati-hatiiiiiii banget mengolah perasaan saya dengan orang tua (dalam konteks ini mertua ya, karena kita lagi ngomongin mertua)
Oke sampai disini dulu aja ya pembicaraan tentang mertua. Semoga bermanafaat, cieh. See You
0 Comments