Urusan mengatur uang tu emang bikin pusing. Kalau kata netizen, "ya pusing karena uangnya dikit, kalau uangnya banyak kan nggak pusing". Haha, yaa belum tentu bestie.
Mau banyak atau sedikit, uang tetap harus diatur. Bedanya kalau uangnya sedikit, utamakan kebutuhan dulu, baru keinginan. Kalau banyak, ya tetep diatur, kalau sisanya masih banyak berarti lebih banyak keinginan yang bisa dipenuhi.
Kalau kata orang-orang, jika suami dan istri bekerja tentunya lebih enak karena keran penghasilannya dari dua sumber. Tapi semua disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan keuangan keluarga masing-masing ya.
2 konsep yang kami pegang dalam keuangan keluarga kami adalah "pengeluaran harus lebih kecil daripada penghasilan", dan "sebisa mungkin hindari hutang untuk keinginan konsumtif".
Nah berikut ini adalah cara saya sebagai ibu bekerja, mengatur keuangan kami ya.
1. Komunikasi Antara Gaji Suami dan Istri
Kalau di keluarga kami, pemasukan adalah gaji suami + istri. Tentu hal ini beda ya dengan keluarga lain. Ada yang pengeluaran bulanan ditanggung oleh suami, gaji istri untuk tabungan keluarga. Yang pasti, silahkan sesuaikan dengan kebutuhan dan kecukupan keluarga masing-masing ya.
2. Buat Budget untuk Segala Pengeluaran
Untuk kebutuhan sehari-hari misalnya belanja bulanan, belanja mingguan, kebutuhan anak, termasuk listrik dan pulsa dibudget sesuai dengan anggaran bulanan. Misalnya untuk belanja bulanan, sebelum akhir bulan biasanya saya membuat list barang apa saja yang akan habis sehingga catatan belanja bulanan dan berapa besar budget belanja bisa dianggarkan untuk bulan selanjutnyaOiya jangan lupa buat budget yang realistis ya, jangan karena pengen berhemat, pengeluaran belanja bulanan yang harusnya memang 500ribu, dipotong jadi 300ribu dan berakibat banyak kebutuhan rumah tangga yang nggak terbeli, huhu.
3. Tunda Keinginan Jika Tidak Ada Budget
Semua seputar budget ya, wkwk. Tunda ini maksudnya adalah, jika di tengah bulan tiba-tiba sok ide untuk liburan kemana, atau mencoba makan di tempat baru tapi ngga ada dananya, biasanya kami reschedule ke bulan depan sambil dicocokkan dengan rencana anggaran bulan tersebut. Pokoknya prinsip kami adalah, beli semua barang boleh, asal ada budgetnya.
Hal ini bisa berhasil karena kami tinggal di kabupaten kecil juga sih, jarang ada event mendadak yang menarik sehingga pengeluaran impulsif untuk datang ke acara tertentu bisa ditekan.
4. Menabung Saat Ada Sisa Dari Budget
Setelah membuat budgeting dan mengkalkulasi pengeluaran untuk kebutuhan, jika ada sisa, langsung masukkan ke rekening tabungan atau rekening investasi. Menabung dari sisa budget ini berlaku untuk tabungan dana darurat. Untuk tabungan liburan, pendidikan anak, upgrade diri, masuk ke sinking fund yang sudah dibudget bersama dengan pengeluaran rutin
5. Proteksi untuk Anggota Keluarga
Kami menggunakan asuransi BPJS Kesehatan untuk seluruh anggota keluarga di rumah, dan BPJS Ketenagakerjaan untuk pencari nafkah (saya dan suami).
Proteksi kesehatan anggota keluarga yang kami tanggung dengan BPJS kesehatan penting banget sih menurut saya. Keluarga yang kami tanggung ini maksudnya adalah Mertua, dan 2 anak kami. Kami memanfaatkan fasilitas BPJS Kesehatan PPU (Pekerja Penerima Upah) dengan mendaftarkan anggota keluarga yang ditanggung. Iurannya dipotong dari 1% gaji kami per orang yang ditanggung.
Dengan punya BPJS Kesehatan, saat sakit kami lebih tenang karena tidak kepikiran biaya yang harus dikeluarkan untuk berobat, dan juga kualitas hidup lebih baik karena tidak perlu menunda-nunda untuk periksa ke dokter saat sakit. Buat itung-itungannya kayanya dari awal saya punya BPJS Kesehatan, iuran yang saya bayarkan tetap lebih dikit dari biaya 2 kali lahiran deh. Hehe.
6. Anggarkan Rencana Pengeluaran Tahunan
Gaji bulanan digunakan untuk membiayai pengeluaran bulanan. Pengeluaran tahunan seperti biaya mudik, zakat, qurban, servis rutin mobil, pajak kendaraan bermotor dibayar dengan bonus tahunan. Penghasilan tahunan yang kami dapat dari perusahaan adalah THR, namun karena dari penghitungan kami THR belum cukup untuk meng-cover seluruh pengeluaran tahunan, maka kami menabung rutin per bulan sesuai dengan target nominal yang akan dibayarkan.
7. Anggarkan untuk Kesenangan Diri Sendiri dan Keluarga.
Saya dan suami sama-sama punya budget untuk melakukan hobi atau kesenangan kami. Kami juga punya budget makan di luar bersama dan jalan-jalan keluarga. Tidak perlu jauh-jauh dan mahal yang penting esensinya adalah kami memperbanyak waktu bersama dengan anggota keluarga.
8. Buat Target Keuangan Tahunan
Target tahunan ini sama dengan resolusi tahunan. Biasanya di awal tahun kami membuat rencana apa yang ingin dicapai dalam hal keuangan tahun ini. Misalnya mengumpulkan dana darurat 6X pengeluaran bulanan, atau mengumpulkan modal untuk membuka usaha, dsb. Dengan target yang jelas tentu membuat semangat menabungnya ya.
9. Komunikasi adalah Kunci
Komunikasi sama pasangan tentang target, dan rencana tabungan penting banget buat kami. Nggak perlu juga sih setiap pengeluaran dilaporin ke pasangan, malah gengges. Komunikasi di sini maksudnya adalah setiap ada pengeluaran besar, atau kalau ada yang mau ngutang, pasangan harus tau karena uang bersama kan. Karena keuangan saya yang atur, suami saya biasanya nanya kalo mau begini, ada uangnya nggak? gitu.
10. Mindset Semua Barang adalah Murah Kalau Kita Punya Uangnya
Mindset ini perlu banget ditanamkan di dalam diri. "Nggak ada barang yang murah saat kamu nggak punya uangnya, dan nggak ada barang yang mahal saat kamu punya uangnya."
Baju di marketplace yang diskon 60% jadi 100ribu itu nggak murah ya kalau kita nggak punya budget buat belinya. Sebaliknya, baju harga 200ribu, kalau budget kita 300ribu buat beli, ya bakal terasa murah. Jadi ngga ada deh alasan buat beli sesuatu impulsif sampe pakai kredit saat kita nggak punya uang. Karena semua barang tu mahal kalau kita nggak punya budgetnya.
Mengatur keuangan ini nggak selalu berhasil dalam satu bulan, tapi nggapapa. Bisa selalu direview dan diperbaiki di bulan selanjutnya. Jadi jangan merasa nggak bisa ngatur uang kalau di satu bulan gagal ya. Saya sendiri butuh waktu berbulan-bulan sampai nemu metode yang pas untuk diaplikasikan ke keluarga kami.
Bye.
Bye.