Ada seorang teman saya, sebut saja A. Si A ini baik sekali
sebetulnya sifatnya, bahkan saking baik hatinya dia sering meminta maaf untuk segala
sesuatu. Jika kami membantu, dia akan meminta maaf karena telah merepotkan,
jika kami kelupaan tentang suatu acara, dia meminta maaf karena tidak
memberitahu, bahkan jika ada salah satu dari kami yang berbuat salah, dia
meminta maaf karena tidak mengingatkan kami sebelumnya. Hmm.
Lama –lama saya bosan mendengar permintaan maaf si A ini.
Bukannya senang dengan permintaan maafnya, saya jadi gemas. Saya sendiri merasa
jika permintaan maaf si A atas hal-hal tersebut bukannya menjernihkan keadaan
justru membuat kami-yang dimintai maaf- menjadi tidak enak, segan, bahkan
merasa bersalah.
Sebenarnya memang sudah seharusnya orang meminta maaf untuk
kesalahan yang diperbuat, tapi jika kata-kata “maaf ya” sudah terlalu sering
diucapkan untuk sesuatu yang sebenarnya bukan kesalahan, justru menurut saya
permintaan maaf itu akan kehilangan maknanya.
Saya sendiri, saat saya membantu orang lain, saya lebih
senang mendengar kata “terima kasih sudah membantu” yang disertai senyuman
daripada “maaf ya sudah merepotkan”, dengan raut wajah penyesalan. Ya, kata
terima kasih bisa menjadi bentuk apresiasi atas apa yang sudah diperbuat orang
lain. Siapa sih yang tidak suka diapresiasi?
Tapi bukan berarti maaf tidak penting, meminta maaf untuk
kesalahan itu sangat tepat dilakukan, karena itu menunjukkan kalau kita
mengakui telah membuat kesalahan, sedangkan ucapan terima kasih juga penting
untuk mengapresiasi hal baik yang orang lakukan terhadap kita. Saya sendiri
perlu lebih banyak berlatih untuk kapan menggunakan kata maaf dan kapan harus
berterimakasih.
Kalau kamu menurutmu lebih baik meminta maaf atau
berterimakasih?
Salam Hangat :)
0 Comments